Friday, May 14, 2010

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign Mix Up


Pesan yang disampaikan, sepelan apapun itu, jika berisi cinta yang tulus, tentu akan terdengar.

Dan pesan kesadaran dalam “Kampanye 10 Spesies Khas Indonesia yang Terancam Punah”, yang merupakan bagian dari perhelatan “Pearl Jam Nite V: Do The GreenVolution!” yang nantinya akan digelar di MU Cafe, Sarinah, 5 Juni 2010, rupanya mengetuk banyak sekali pintu hati mereka yang peduli.

Selama sepuluh hari penuh, badai kampanye kesadaran digital ini telah bergulung. “Click, tag, and share” dalam Facebook, yang sebelumnya memang sudah menjadi keseharian kita semua, menjadi aktivitas yang lebih bermakna.

Digital immigrant seperti saya, yang setengah gaptek dengan segala kecanggihan teknologi komunikasi saat ini, ataupun netizen murni seperti sebagian besar penghuni digital social networking usia belia lainnya, bersatu dalam kampanye ringan yang bermodalkan 10 info-grafis sederhana, namun cantik, ini.

Berikut ini adalah rangkuman dari (beberapa contoh saja) hati yang terketuk oleh pesan kesadaran itu. Baik itu hati yang lembut, tersentuh, peduli, maupun hati yang penuh canda dan menganggap semua ini hanyalah pepesan kosong belaka.

1. Tarsius sangirensis si tarsius sulawesi
a. Auriza Salim Akbar: @primis : hihihi iya bener mbak.. terus dia pernah ilang gitu dirumah.. terus dua hari kemudian dia muncul lagi, merayap di kabel.. lebih kurus :( makannya pisang, gak bisa makan sendiri (mungkin krn masih kecil) mesti disuapin, dikerokin pisangnya. akhir cerita, dia dijual lagi di barito, Rp.100.000.. waktu itu kita gak tau dia binatang yang dilindungi.. sedih juga ya, kalo tau temen2 nya udah tinggal sedikit.. :(
b. Wisnu Wage: sempet bnyk dijual ama pedagang pinggir jalan di bdg...mahal bgt.
c. Amar Besok Bubar: oooo ini binatang yang ''i like to move it move it'' itu yah?
d. Sutan Bittertone: Keren juga buat cover album! Hehehe
e. Fajar Misba: gw aja yg tinggal di sulawesi ngga pernah lihat aslinya itu binatang.... langka banget...
f. Shanti Yani Rahman: info tambahan: tarsius tergolong hewan yg setia pada satu pasangan hidupnya, a.k.a. monogami :)

2. Chelonia mydas si penyu hijau
a. Tripuana Rufiokliany: mim, email me this post, aku forward ke cooking club yg aku ikuti. mungkin di antara 8000member cooking club tsb ada yg gemar mengolah telur penyu n gak tau kl keberadaan mereka terancam punah. Tq
b. Didit S Banuardi N: hehe..jadi merasa bersalah...(nggak mau lagi makan telur penyu...)
c. Trisno Tawangsih: hmmm...gak bs lg dunk ke psr ^&*(% buat nyari bakal penyu hiks...pdhl dah jd target utama tuch kalo kke Bjmsn
d. Ira Kania D: penyu akan bertelur di tempat dimana dia dilahirkan..kalo tempat lahirnya udh digusur dia ga akan bs melanjutkan keturunan..dari ratusan telur yang ditetaskan tdk semua bisa hidup krn keburu diambil org buat dimakan atau dimakan predator setelah telur menetas dan saat menuju ke laut ;( stop makan daging penyu, telur penyu atau beli kacamata yg dibuat dr kulit penyu, stop buang sampah ke laut krn bnyk penyu mati tercekik sampah plastik di laut...salam dr pencinta penyu;)
e. Karyagung D'putranto: gw pernah liat penyu lagi di olah di daerah pecenongan...waaaah gak tega liatnya...untung gw cuma mesen sate kobra doank.... btw...kobra terancam punah juga gak?

3. Hylobates moloch si owa jawa
a. Palsay Fara: friends kalo mo liat pelbagai hewan primata Indonesia yang lucu2 kek owa jawa ini, dateng deh ke pusat primata Schmutzer Ragunan...masa ada monyet namanya Surili..hihihi tampangnya juga lucu kek boneka..:)
b. Irwansyah Reza Lubis: wah ini objek penelitian gw waktu masih kuliah dulu...akhirnya ada yg merhatiin juga...
c. Nuki Adiati: Wah, gw naek Gede-Pangrango gak denger sama sekali lengkingan Owa Jawa. Mungkin karena gw orang Jawa, jadi mereka gak merasa terancam kali ya :p
d. 'Tjuk Maro': Long live owa...
e. Dicky Dikoen Arizal: Dasar nya emang manusia serakah yah...dulu wktu kita kecil gha msh tinggal di ragunan setiap pg kita bgn tdr mash suka ngedenger suara2 dr kebun binatang ragunan...tp skrg??? Kemana hilang'a suara itu??

4. Nepenthes paniculata si kantung semar papua
a. Diah Prasetianingtyas: FREE DRINK?! 0_o ... sangat tdk disarankan bagi punya maag krn kandungan zat asam tinggi loh >w< hahaha ... again, nice poster! ^_^
b. Pembayun Sekaringtyas: Papaku pernah abis pulang dr Papua bawa sekarung kantung semar ini buat ditanem di rumah. Tapi ternyata gak ada yang bertahan hidup.. gak cocok kali ye iklimnya :(
c. Pembayun Sekaringtyas: hikz jadi ini diambang kepunahan ya? *jadi mrasa bersalah dulu bantu ngebuangin pina colada mati ke tempat sampah..
d. Dian Grunge Wahyudi: D tmpat gw gawe, kaltim msh ad kntong semar, n anggrek yg laen..'
e. R. Reinarsyah Iskandar: dulu waktu masih tinggal di batam, waktu kecil gw sering masuk hutan, kayanya msh sering nemuin kantung semar ini deh cmiiw..alam memang menyediakan bnyk tumbuhan mengaggumkan kaya kantung semar ini atau pohon kejora & bladderwort..go go green
f. Shanti Yani Rahman: di sorowako banyak juga species seperti ini. nice art!

5. Spizaetus bartelzi si elang jawa
a. Teddy Vedder: yups btl,, masa diganti ma burung perkutut sih.. ga gahar kan jadinya...
b. Dita Wisnuwardani: dulu konon di kawasan Bibis Solo (sekitar itu lah-lupa tepatnya mgkin yg asli Solo lebih tau) itu banyak banget elang jawa yang beterbangan dan sering bertengger gitu aja... (klo lewat situ klo ga salah ada patung elang gede kan,itu gara2 itu). tapi sekarang di situ udah jadi perumahan dan pertokoan dan ga ada pohon2 sama skali dan super gersang... jadi elangnya juga udah ga ada deh
c. Karyagung D'putranto: terakhir ge liat nih species di daerah gunung slamet pas gak sengaja shoot untuk perhutanan...misterius.

6. Tyto inexpectata si burung hantu emas sulawesi
a. Fridia Novie Arimbi: liat ini jadi inget klo boneka kesayangan gw justru boneka burung hantu. they're soo adoreable yaah.....ekspresinya itu loh! spt yg ditulis di teks di atas: perutnya yg buncit, matanya yg besar jenaka. too bad klo sampe Indonesia kehilangan spesies ini....
b. Kamaruddin Azis: Makasih Boss... Di Pulau Selayar, saat kita melintas di pantai timur dan barat pulau saban petang menjelang malam, selalu saja ada (banyak) burung hantu yang memadat di tengah jalan. Saya kira densitas mereka sangat tinggi..hanya gak yakin, jika itu burung hantu emas... :D

7. Barbourula kalimantanensis si kodok kalimantan
a. Deddie Ben Ali Syahid: kang,kalo bisa semua species nya di buat dalam format tabloid atau poster atau apalah...sebagai merchandiser... soalnya gambar2nya gue akui dari lubuk hati yg paling dalam bahwa semuanya cool and best picture i ever see...
b. Puspita Widowati: Thx Gha, jd nambah ilmu gw.. Selama ini pun gw udah coba bantu melestarikan kodok,, tiap kali latah yg gw sebut 'kodok' ;)
c. Yeni Supriyantinah: subhanallah....gha,gw jadi tambah pinter nih ama kiriman lo...,jadi tau kalo kodok juga harus d lestarikan tapi klo kodok ini gw blom pernah liat,kodok kalo main k rumah langsung gw bawain sapu..........apalagi masuk rumah..bleb...pluk..mati....maafin ya gha.....

8. Cacatua alba si kakaktua putih maluku
a. Shabet Yeehaa: aihhhh...cuma tinggal nyanyian burung kaka tua aja yg terdengar...malang nian jika smpe it tjd..
b. Fitria Dm: Its very sad to hear that, I hope our government can hear and see how was important they are for they species and we should concern about that too, even we have a lot problem in this country.
c. Kosar Cobain: Great info..!

9. Pinus merkusi si pinus sumatera
a. Tressia 'phydel' Sepanov: uh...sedih ya....andai aku punya lahan besar, aku tanem smua jenis pinus, buat konservasi deh :(

10. Acropora rudis si terumbu karang sumatera
a. Shelly Wongso: oooww...keren2 ..nias ama mentawai emang keren kok pantainya kata orang. secara gue orang padang ngak blm pernah kesana hihihi

Apapun komentar yang terlontar, itu artinya kampanye kesadaran ini telah sempat singgah di ruang dan waktu Anda. Telah terbenam dalam sel-sel kelabu otak Anda, bersama catatan kehidupan Anda lainnya. Untuk itu, PJId mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Adalah keniscayaan bahwa semua mimpi besar diwujudkan melalui satu langkah awal yang kecil. Seperti bayi yang harus merangkak dulu, sebelum akhirnya ia bisa berlari laksana petir dan mampu menempuh jarak 100 meter dalam waktu kurang dari 9 detik.

Mimpi besar kita semua, untuk hidup selaras dengan alam dan menjaga segala pesonanya yang luar biasa indah itu, telah dimulai dengan kampanye kesadaran ini. Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Sangga Buana ,wilayah konservasi bantaran kali Pesanggrahan yang unik. Dan nanti, pada 5 Juni 2010, di MU Cafe, Sarinah, akan ditutup dengan pagelaran Pearl Jam Nite yang bersifat carbon neutral.

Kita harus menyadari bahwa itu hanyalah penutupan dari langkah pertama. Bukan akhir dari segalanya. Perjalanan panjang untuk mewujudkan mimpi itu, untuk mulai menyelaraskan diri dengan alam, justru baru dimulai setelahnya...

Art: Davro
Text: Eko Prabowo

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign Day 10

10.Sumatran Coral (Acropora rudis)



January 2010 Last month, Jim Cameron, the Avatar, recorded revenue of more than one billion dollars. He is the only director who can do that, and he did it twice!

But we know that it owes its phenomenal success in so many of the coral reefs? For example, the Acropora rudis, coral reefs are comfortably submerged in the depths of 3-15 m, in the warmth of the west coast of Sumatra.

Yep! The beauty of Pandora that shimmer with shades of blue that was stolen from the beauty of marine parks on Earth.
Jim is a genius that allows the beauty beneath the sea is moving to a giant screen, in the form of three-dimensional technology, the most sophisticated. And this is the irony that we face: the next two decades, the only way to enjoy the beauty beneath the sea is probably only with re-watched telecast Avatar, because the Acropora rudis, and coral reefs from other species, most likely had pale, if not dead .. .

There is no definite record of the population of this species. The IUCN Red List of Threatened Species placed in the endangered category, the three ratings to the total extinction, considering the population trend has been reduced to the remaining 59% just in the last three decades.

Extinction is very real indeed, considering that the main threat to the survival of this beautiful species is the increase in surface temperature. Global warming. Malignant Monster frenzy that makes people worldwide, and as unstoppable.

So remember him, Acropora rudis, the coral reefs that sweet, every time we are fascinated by her beauty, the epic Avatar which also tells about Na'vi extinction, a beautiful species that try to live in harmony with its natural...

Art: Davro
Text: Hilman Taofani

Wednesday, May 12, 2010

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign, Day 9

09.Pinus merkusii si pinus sumatera


Kondisi geografis Indonesia ditandai dengan melimpahnya ragam vegetasi yang berada di hutan hujan yang membentang dari Sumatera sampai Papua. Imej yang terbentuk kemudian juga mengisyaratkan ekosistem heterogen khas hutan hujan dengan pepohonan yang rapat dan rimbun, dikenal dengan istilah hutan kanopi.

Bila kita kilas balik ke doktrin geografis pada saat sekolah dulu, hutan di Indonesia dipatenkan dengan karakter heterogennya, sementara di Eropa atau Amerika adalah hutan homogen. Di film juga kita sering melihat referensi mengenai hutan di Eropa atau Amerika Utara berupa hutan konifer. Konifer mengacu pada istilah "cone", semacam biji atau buah berbentuk corong yang dihaslkan pohon pinus.

Doktrin tersebut membuat tidak banyak orang menyadari keberadaan spesies tumbuhan pinus aseli dari negeri kita. Satu-satunya spesies pinus yang secara alami tumbuh di selatan khatulistiwa terdapat di Indonesia! Adalah di lereng gunung Kerinci dan Talang di wilayah propinsi Jambi, terdapat spesies pinus, menyembul di antara hutan-hutan berkayu kokoh. Pinus Sumatera (Pinus merkusii) mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat bagus, dengan persebaran tumbuh di beberapa level ketinggian (rata-rata di kisaran 400-1500 meter di atas permukaan laut).

Pohon yang bisa menjulang sampai 40 meter ini, seperti halnya habitat mereka, kini mulai menipis keberadaannya. Pohon pinus memang bukan pohon yang industrial, hingga ketika pembalakan hutan atau pembukaan lahan, mereka lebih sering ditebang dan dibuang. IUCN merilis status "vulnerable" dalam standarnya, sebagai alarm bagi kita. Apakah nantinya dunia mencatat bahwa semua spesies pinus berada di utara khatulistiwa?

art:Davro
text:Hilman Taofani

Tuesday, May 11, 2010

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign, Day 8

08.Cacatua alba si kakaktua putih maluku


Jessica Alba. Dengan bentuk tubuh luar biasa aduhai, kulit coklat merona laksana sepuhan tembaga, bibir sensual, dan tatapan mata sayu mengundang, siapa yang takkan jatuh hati, jika bukan mupeng, padanya?

Tapi biarlah Amerika bangga dengan Alba-nya, yang tampil menggairahkan dengan kekuatan supernya dalam Fantastic Four. Kita, orang Indonesia, bisa tetap menegakkan kepala karena di utara Maluku, diantara pohon-pohon dalam hutan di ketinggian hingga 900 m dpl, bertengger Cacatua alba, si Kakaktua Putih yang luar biasa mempesona. Setidaknya hingga hari ini...

Perburuan hewan dan penebangan liar, ditambah dengan meluasnya perkebunan dan pemukiman yang menyebabkan penyusutan hutan, memaksa si cantik Alba bertengger sebagai hewan dalam kategori vulnerable, 4 anak tangga sebelum dasar kepunahan, dalam The IUCN Red List of Threatened Species.

Populasinya diperkirakan berkurang sebanyak 17% setiap tahunnya. Jika pada tahun 1992 diperkirakan terdapat sekitar 183.000 ekor Kakaktua putih, maka dengan trend penurunan sebesar itu, berapa kiranya yang kini masih bertahan? Berapa yang masih akan bertengger di dahan pohon dalam hutan, atau di pelepah kelapa tepi pantai, sepuluh tahun dari sekarang?

Ketika kita membaca catatan ini, dalam hutan yang semakin kehilangan keheningannya, bertenggerlah di cantik Alba. Menelengkan kepala mungilnya, merenungkan indahnya tanah Maluku yang tak pernah bisa sepenuhnya sembuh dari koyakan luka kerusuhan. Merenungkan cerita sedih yang tertuang di tanah asal para penyanyi bersuara merdu dan tarian Bambu Gila. Cerita sedih tentang manusia, dan dirinya, si Kakatua yang sebentar lagi sirna...

art by Davro
text by Eko Prabowo

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign, Day 7

07.Barbourula kalimantanensis si kodok kalimantan



Kodok Kalimantan: Bila Charles Darwin meneliti Indonesia, alih-alih Galapagos, mungkin teori evolusinya akan lebih akurat dan tidak menjaring terlampau banyak perdebatan. Teori Darwin sering diserang melalui celah kurang banyaknya sampel spesies yang diambilnya.

Indonesia adalah negara yang kaya dengan anomali spesies. Di negeri kita, banyak sekali spesies-spesies unik ditemukan, yang sampai detik ini masih terus berkembang daftarnya. Salah satunya adalah kodok penghuni hutan Kalimantan, yang ditemukan oleh zoologis lokal bernama Djoko Iskandar pada tahun 1978. Pertama kali didefinisikan, kodok ini hanya dikenal dengan istilah kodok berkepala rata, menyusul bentuk morfologisnya. Namun penelitian lebih lanjut mengindikasikan suatu anomali fisio-morfologis yang mungkin bisa menhubungkan spekulasi evolutif binatang-binatang amfibi.

Di antara binatang amfibi, hanya jenis kodok yang mempunyai struktur pernafasan darat lengkap dengan paru-paru. Sementara amfibi lain seperti salamander tidak mempunyai paru-paru. Garis tegas antara keluarga kodok dan amfibi lain ini kemudian dikaburkan oleh keberadaan kodok Kalimantan (Barbourula kalimantanensis). Penelitian lanjutan usai spesies ini ditemukan Djoko Iskandar menunjukkan bahwa kodok Kalimantan adalah satu-satunya spesies kodok yang tidak mempunyai paru-paru. Ia bernafas langsung melalui rongga kulitnya.

Itu adalah salah satu penemuan definitif di bidang zoologi, terlebih lagi, menjadi sampel spesies unik yang bisa dikembangkan sebagai penyempurnaan teori evolusi Darwin. Indonesia adalah palet evolutif dengan ragam sampel spesies-spesies unik. Salah satunya adalah kodok Kalimantan, yang saat ini keberadaannya di alam liar makin terdesak dengan hilangnya habitat hutan Borneo. Itu masih diperparah dengan tingginya tingkat polusi yang menghinggapi sungai tempat spesies ini tinggal.

text by Hilman Taofani
art by Davro

Pearl Jam Nite V : Endangered Species Campaign, Day 6

06.Tyto inexpectata si burung hantu emas sulawesi


Burung hantu emas: “Kita tanya... Galileo!” Dan muncullah sebuah boneka burung hantu untuk menjawab semua pertanyaan ilmiah yang diajukan...

Itulah gambaran sebuah kuis ilmiah yang tayang di stasiun televisi swasta Indonesia beberapa tahun lalu. Acara bermutu yang sudah punah dihajar oleh badai sinetron berurai air mata, reality show pengumbar makian, dan sajian musik live yang seratus persen lip-sync.

Tak beda dengan Galileo si burung hantu maskot kuis, keberadaan Tyto inexspectata, si Burung hantu emas Sulawesi pun terdesak dan terancam punah. Bukan oleh taipan media yang rakus, melainkan oleh korporasi perkebunan yang tak kalah kalap dalam mengeruk uang.

Dengan nyaris 100% hutan hujan tropis di Sulawesi yang berketinggian kurang dari 1.000 m dpl sudah berubah menjadi hutan industri, terutama kelapa sawit, ruang gerak dari Tyto si Burung hantu emas pun menyempit. Sumber makanan terus berkurang. Tak heran jika akhirnya populasinya ikut turun sepanjang waktu.

Data dari The IUCN Red List of Threatened Species menyebutkan total populasinya kini paling banyak sekitar 8.400 ekor, dengan trend yang terus menurun, dan menempatkannya dalam kategori Vulnerable, kurang 4 langkah saja dari kepunahan.

Jadi ingatlah Tyto si Burung hantu emas setiap kali kita menggoreng ayam, ikan, atau kerupuk. Ingatlah bulu-bulunya yang terang, perutnya yang sedikit buncit, kedua matanya yang besar jenaka, serta paruhnya yang kecil dan bengkok. Ingatlah baik-baik, karena setiap tetes minyak kelapa sawit yang diperas dari tanah Sulawesi, memuat kisah Tyto, si burung hantu yang terpinggirkan...

text by Eko
art by Davro

Pearl Jam Nite V : Endangered Species Campaign, Day V

05.Spizaetus bartelzi si elang jawa


Di antara ragam spesies yang terancam punah, yang harus mati-matian kita pertahankan adalah elang Jawa. Bila burung pemangsa ini punah, yang menjadi pertaruhan adalah usangnya simbol negara, Garuda.

Meski nama Garuda diambil dari karakter mitologi India, tapi model yang diambil sebagai lambang burungnya adalah elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Bagaimana para pendiri bangsa menegaskan elang Jawa sebagai model untuk Garuda tentu tak lepas dari statusnya (dulu) sebagai pemuncak rantai makanan di hutan-hutan di tanah Jawa. Imej sebagai burung yang gagah dan dominan tentu menjadi pengharapan filosofis untuk disematkan ke Indonesia.

Secara morfologis, jambul yang menyembul di bagian belakang kepalanya menjadi ciri khas yang mudah dikenali dari burung yang hanya hidup di pulau Jawa ini. Burung monogami ini hanya menghasilkan satu butir telur sepanjang hidupnya. Maka dari itu, kelestarian spesies ini berada di alarm bahaya ketika pucuk-pucuk pohon yang menjadi tempat mereka bersarang mulai berkurang dengan ekstrim. Rilisan mutakhir dari IUCN, elang Jawa sudah berada di ambang kritis. Dengan tingkat reproduksi yang rendah, tak heran memang bila jumlahnya kian susut dengan angka yang mencekam.

Maka pertaruhannya adalah wawasan kebangsaan kita. Apa jadinya bila kita tak mampu menjaga simbol negara? Mungkin akan sangat aneh bila kanguru dan emu - yang menjadi simbol negara Australia - punah. Itu sebabnya mereka mati-matian menjaga dua binatang simbol negara tersebut. Langkah serupa harus mulai dipikirkan pemerintah bila burung yang menjadi simbol negara ini masih tetap eksis di alam liar. Memamerkan aura kuasanya di udara hutan-hutan Jawa.

text : Hilman Taofani
art : Davro

Friday, May 7, 2010

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign, Day 4

04.Kantung semar Papua


PJ Nite V: Nepenthes paniculata, si kantung semar dari papua

El Pirata Cofresi, si Bajak Laut asal Puerto Rico di era 1800-an, mencekoki awak kapalnya dengan campuran rum keras, santan kelapa, dan sari nanas sebelum terjun kedalam pertempuran. Pina Colada, koktail nikmat yang mengirim mereka semua dalam kematian yang manis...

Di belahan dunia lain, dalam dekapan hutan hujan tropis Papua yang lembab, di ketinggian 1.400-an m dpl, hiduplah Nepenthes paniculata, si Kantung semar Papua. Pina Colada dalam bentuk tanaman merambat raksasa dengan panjang batang hingga 20 m. Tanaman karnivora yang memangsa serangga hingga anak kodok, setelah sebelumnya menjerat mereka dengan wangi getah dan warna bibir kantung yang menggairahkan.

Namun semua pesona itu tak banyak gunanya bagi kelangsungan hidup si Kantung. Perluasan area tambang dan perkebunan di Papua yang seolah tidak berujung, dengan cepat melempar mereka ke peringkat Endangered dalam The IUCN Red List of Threatened Species, tiga langkah dari pinggir jurang kepunahan.

Maka, selain koteka, patung dan tarian Asmat, serta keserakahan Freeport yang tak tertanggungkan, tambahkanlah si Kantung semar ketika kita mengingat Papua. Bayangkanlah betapa ia bersusah payah memerangkap mangsanya dengan segala pesona, sementara puluhan ton roda truk perkebunan dan pertambangan berderap mendekat dengan cepat. Segera menggilas dan mengirimnya ke kematian yang sama sekali tidak manis.

Teks: Eko Prabowo
Art: Davro

Thursday, May 6, 2010

Pearl Jam Nite V : Endangered Species campaign, Day 3

03.Hylobates moloch si owa jawa


Beberapa suara mendefinisikan dan mewakili ekosistemnya. Auman singa dan terompet gajah menjadi penanda ekosistem savana Afrika. Nyanyian kera dan monyet menjadi suara hutan di Brazil. Maka, seharusnya hutan di negara kita juga mampu "bersuara".

Jawa di masa lampau tak kalah dengan hutan Amazon. "Suara" hutan diwakili oleh lengkingan keras primata, owa Jawa (Hylobates moloch). Owa Jawa merupakan satu dari bagian keluarga Gibbon yang ada di Indonesia, dan mempunyai bulu berwarna biru keperakan.

Lengkingan itu merupakan penanda teritorial. Owa adalah makhluk sosial, seperti halnya rata-rata keluarga primata, yang mempunyai teritori khusus. Bila ada yang menerobos, maka owa akan mengeluarkan suara lengkingan untuk mengusir si pengganggu. Jadi bisa kita bayangkan betapa bisingnya hutan-hutan di Jawa pada masa lampau. Seperti gambaran atmosfer hutan-hutan liar yang ada di film, meriah dengan suara-suara alam.

Sayangnya, itu hanya bisa dibayangkan dalam lamunan nostalgik. Untuk membayangkan hutan di Jawa sekalipun sudah susah. Rapatnya permukiman manusia, atau lahan pertanian dan ladang yang meluas membuat habitat owa Jawa makin terdesak. Itu adalah ancaman paling nyata bagi binatang yang sensitif terhadap teritori mereka. Owa tidak dapat dipaksa hidup dalam habitat yang menyempit. Maka, resikonya adalah berkurangnya populasi owa di pulau Jawa secara drastis. Keberadaan mereka tinggal di hutan-hutan lindung yang berada di pucuk pegunungan. Itu juga masih menghadapi bahaya besar kedua, yakni seringnya binatang ini ditangkap untuk dijadikan peliharaan.

Owa adalah binatang liar yang memberi warna terhadap habitatnya, sebagai salah satu suara alam yang dominan. Teriakan owa kini hampir tidak akan terdengar lagi di alam liar Jawa, menyusul jumlah yang makin menyusut serta ketakutan ekstrim mereka terhadap manusia. Hutan di Jawa kini seperti hutan bisu. Tak punya suara dan kuasa.

Teks: Hilman
Art: Davro

Wednesday, May 5, 2010

Pearl Jam Nite V: Endangered Species Campaign, Day 2

02.Chelonia mydas, si penyu hijau


Orang Bali gemar menari. Orang Papua pintar memahat patung bermotif hewan. Orang Jawa? Ada dimana-mana! Lalu apa kesamaan ketiganya? Chelonia mydas, Penyu hijau!

Yap! Di sepanjang garis pantai ketiga pulau itu, juga di Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan, berenanglah dia, si Penyu hijau. Menghany...utkan cangkang lebarnya dalam “gyre”, lorong-lorong arus bawah permukaan rahasia yang menghubungkan seluruh samudera di dunia. Mengembara sepanjang hidupnya, mengarungi perairan tropis yang hangat dan penuh warna, hingga dingin dan kejamnya perairan sub-tropis yang kelabu.

Jika si Mydas hijau ini berkeliaran di seluruh dunia, kenapa kita mesti khawatir? Sederhana saja: karena dalam lima generasi terakhir, jumlah Penyu hijau betina yang bersarang di pantai berkurang sebanyak 67%! Bahkan kini mereka sudah resmi dinyatakan hilang dari perairan Israel.

Bagian paling menyedihkan dari kisah Penyu hijau adalah bahwa kitalah, manusia, yang menjadi ancaman utama mereka. Konsumsi telur penyu, yang digadang-gadang sebagai obat kuat, mendesak mereka ke jurang kepunahan.

The IUCN Red List of Threatened Species, dengan mempertimbangkan penurunan populasi yang sangat cepat, menempatkan si Hijau dalam kategori Endangered, tiga langkah sebelum kepunahan total.

Jadi ingatlah Mydas si hijau setiap kali kita menyantap telur mata sapi, telur orak-arik, atau telur dadar pada saat sarapan. Berjanjilah bahwa kita akan membiarkan penyu-penyu hijau kecil itu nyaman berenang dalam “gyre”, alih-alih dalam lautan asam lambung kita yang berbau busuk!

Teks: Eko Prabowo
Art: Davro